Sabtu, 10 Januari 2009

Abaikan Seruan Internasional

Pasukan lapis baja Israel masih dikerahkan di garis depan Gaza sebagai persiapan bagi kemungkinan invasi darat, dengan mengabaikan seruan-seruan internasional agar konflik itu dihentikan.

Sekitar 1.850 orang cedera di Gaza dalam konflik paling mematikan dalam empat dasawarsa. Serangan itu dilancarkan oleh Israel untuk mengakhiri penembakan roket yang meningkat setelah penguasa Hamas di Gaza mengumumkan berakhirnya gencatan senjata enam bulan mereka pada 19 Desember.

Seperempat dari yang tewas adalah warga sipil, demikian menurut estimasi PBB. Empat warga Israel tewas dalam serangan roket dari Gaza sejak ofensif Israel dimulai Sabtu lalu.



Para analis mengatakan pemimpin-pemimpin Israel merasa mendapat tekanan untuk bertindak menjelang pemilihan umum 10 Februari mendatang, dan survai-survei mengindikasikan serangan-serangan itu mungkin akan meningkatkan dukungan bagi para calon sentris Menhan Ehud Barak dan Menlu Tzipi Livni atas lawan utamanya Benjamin Netanyahu dari partai Likud sayap-kanan.

Dua warga Israel cedera ketika dua roket menghantam kota Israel, Ashkelon hari Jumat, kata para medis.
Serangan-serangan roket terbaru itu menyusul serangan udara militer Israel terhadap sekitar 20 sasaran Hamas Jumat dinihari, termasuk sebuah rumah yang dihancurkan di Kota Gaza.

Kamis tengah malam (1/1), pesawat-pesawat tempur Israel membom mesjid Jebalya. Para pejabat keamanan Israel mengatakan itu merupakan tempat pertemuan dan pos komando bagi para militan Hamas dan sejumlah besar ledakan setelah serangan menunjukkan roket-roket, rudal-rudal dan senjata lain disimpan di sana.

Pejabat Hamas Ayman Taha menyerukan agar dilakukannya pembalasan atas pembunuhan Rayyan. “Darah Sheikh Nizar Rayyan dan darah syuhada lainnya tidak akan pernah sia-sia dan musuh akan membayar mahal bagi tindak kejahatan yang dilakukannya, “ kata Taha.

Dua dari empat istri Rayyan dan tujuh dari anak-anaknya tewas dalam serangan terhadap rumahnya di kamp pengungsi Jebaliya.
Hari Kemarahan

Sementara itu Hamas minta warga Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan yang diduduki dan di Jerusalem Timur yang dicaplok Israel untuk menandai "hari kemarahan" Jumat dengan berdemonstrasi menentang agresi Israel di Jalur Gaza.

Gerakan Islam itu menyerukan "demonstrasi besar-besaran" setelah shalat shalat Jumat, mulai dari kompleks Masjidil Al-Aqsa di Jerusalem dan dari "semua mesjid di Tepi Barat".

"Jadikan Jumat hari solidaritas dengan rakyat kita di Gaza dan hari kemarahan terhadap pendudukan Zionis dan penghuninya," kata Hamas, yang memerintah Gaza sejak mengusir pasukan yang setia pada presiden Palestina Mahmud Abbas Juni tahun lalu.
Sementara itu, polisi Israel telah mengerahkan balabantuan sebelum demonstrasi itu.

"Kami telah memobilisasi ribuan tentara untuk meronda Jerusalem Timur dan desa-desa di dekatnya untuk menjaga ketenangan," jurubicara polisi Micky Rosenfeld mengatakan.

Sedikitnya 420 warga Palestina, sebagian besar anggota Hamas tapi mencakup juga sejumlah warga sipil, telah tewas dalam serangan kilat Israel terhadap sasaran Hamas di Gaza yang dimulai Sabtu. (Rtr/ha/Ant/AF
Read More… Read More… Read More…

0 komentar: